Bagian satu
Kisah cinta orang-orang emang berbeda-beda. Ada yang love at first sight, ada yang benci jadi cinta, ada yang love hate relationship, ada juga yang dari best friend become lovers.
Kalau Sunghoon, kisah cintanya unik. Unik sekali. Jika mengingat awal perjumpaannya dengan lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu, ia akan tertawa. Pertemuan mereka itu tidak sengaja, di sebuah bus pada pukul 7 pagi. Sunghoon masih ingat jelas, hari itu hari sabtu, tanggal 17 Maret 2018. Sunghoon sedang buru-buru untuk mengikuti acara opening pembukaan butik sang ibunda.
Ia memilih duduk di salah satu kursi yang kebetulan kosong. Lalu tak lama berselah, seorang nenek tampak naik. Tubuhnya sudah sepuh, Sunghoon tidak gila untuk tetap duduk dan nenek itu berdiri. Jadi ia bergerak berdiri lalu membiarkan nenek itu duduk di tempatnya. Sunghoon menuntun nenek itu untuk duduk.
Sunghoon tidak tahu letak kesalahannya dimana. Tetapi sepertinya nenek itu sedang sensi, atau amarahnya mudah tersulut. Nenek itu mengomel panjang karena supir yang ngerem mendadak. Sunghoon mengusap telinganya karena suara nenek itu nyaring sekali memasuki pendengarannya.
Tak lama seorang pemuda naik ke bus, lengkap dengan pakaian casualnya. Nenek itu tiba-tiba memukul pemuda itu berkali-kali dengan tasnya. Pemuda itu kebingungan dan mengaduh kesakitan.
Sunghoon melongo sejadi-jadinya. Karena supir tadi memang berhenti mendadak akibat panggilan dari pemuda itu. Merasa tidak tega, Sunghoon berusaha menenangkan si nenek. Namun bukannya tenang, si nenek semakin marah. Ia ikut memukul Sunghoon dan mengomelinya. Sunghoon tidak tahu apa yang dibicarakan wanita sepuh itu. Kini mereka jadi pusat perhatian.
Sunghoon malu sekali.
Tak lama pemuda itu menariknya keluar dari bus. Sunghoon tentu kebingungan, namun karena keadaan yang sudah tidak kondusif, ia memilih untuk diam saja.
Setelah turun keduanya membenarkan penampilan mereka yang sedikit berantakan. Keduaya menghela nafas kesal.
“Well... tadi itu agak aneh ya.” Pemuda itu lebih dulu bersuara.
“Itu nenek-nenek lagi kenapa ya sensi banget kaya masker.” Kali ini Sunghoon menimpali.
Pemuda itu tertawa kecil. “Gak sopan lho sama orangtua.”
Sunghoon menggendikkan bahunya tidak perduli, “peduli setan. Masa mentang-mentang udah tua jadi bisa mukulin stranger gitu anjir?”
Tanpa sadar Sunghoon mencebikkan wajahnya kesal. Wajahnya kini tertekuk.
“Hahahaha yaudahlah ya, semoga panjang umur buat neneknya.” Pemuda itu berujar diiringi dengan kekehannya.
Tak lama bus lain datang.
“Kalau begitu aku duluan ya. Makasih udah nolongin tadi.” Pemuda itu mengangguk lalu tersenyum.
Dan begitulah pertemuan pertama mereka. Tidak ada perasaan berbunga saat kedua mata itu menatap mata bulat Sunghoon. Pun tidak ada ujaran kebencian akibat pria itu yang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya padahal dia sedang buru-buru.
Obrolan itu singkat, sangat singkat. Tanpa memperhatikan detail satu sama lain. Tanpa tahu nama satu sama lain. 17 Maret 2018 pertemuan pertama mereka. Masih sama, as a stranger.
Namun sepertinya semesta memang ingin bermain-main. Keesokan paginya saat berangkat sekolah, Sunghoon kembali menaiki busnya. Kali ini jam arlojinya menunjukkan pukul 6 lewat 20 menit.
Sunghoon mendapat tempat duduk. Jadi ia memilih duduk dan memakai earphone nya. Ia mendengarkan lagu secara acak dari playlistnya.
Tiba-tiba di pemberhentian berikutnya, seseorang naik. Sunghoon tidak menyadari itu karena asik membaca buku novel yang entah sudah ia baca berapa kali, sampai ia hafal benar jalan ceritanya. Pun pemuda itu tidak terlihat mengenali eksistensi Sunghoon. Sepertinya pertemuan mereka bukan apa-apa bagi keduanya.
Ketika bus sampai di halte pemberhentian sekolah Sunghoon, ia bergegas berdiri dan keluar dari bus tersebut. Tanpa menyapa atau bersitatap dengan pemuda itu. Keduanya tampak tidak menyadari eksistensi satu sama lain.
Hingga...
“Sunghoon!” Panggil seorang wanita. Sunghoon sudah hafal benar suara itu, itu Karina. Gadis yang telah mendekatinya selama hampir 1 semester ini. Sunghoon meringis saja, sedikit kesal karena harus menemui gadis itu di pagi cerah ini. Padahal mood Sunghoon sedang baik.
“Emh, iya Rin.” Sunghoon membalas dengan sekenanya. Setelahnya Sunghoon dapat merasakan ia berceloteh sepanjang perjalanan.
Sunghoon memilih menulikan pendengarannya. Ia mengencangkan suara musik pada earphone nya dan berjalan tanpa mengindahkan Karina di sebelahnya.
Hingga Sunghoon sampai ke kelasnya, ia segera masuk ke kelasnya dan menduduki kursinya. Karina yang merasa terabaikan pun cemberut, lalu menghentak-hentakkan kakinya dan bergegas pergi meninggalkan kelas Sunghoon.
Sunghoon sih tidak perduli. Ia memilih kembali menenggelamkan dirinya pada bacaan novel yang tadi ia baca.
Sampai ia menyadari sesuatu.
“Novel gua mana anjir..” Sunghoon berujar dengan panik.
Teman-temannya menatapnya bingung. “Lo ga bawa novel di genggaman lo kaya biasanya, hoon. Ketinggalan kali?”
Holy shit. Sunghoon pasti meninggalkannya di bus tadi.
Sunghoon pasrah saja kalau sudah begini. Bahunya langsung merosot. Mood Sunghoon hancur seketika.