I.

Hari itu langit kelabu tampak mendominasi, persis seperti gundah yang kini tengah dirasa Arthur. Arthur lelah, sangat. Jika bisa, ia ingin meminta agar Tuhan mengambil nyawanya saja. Membiarkan Arthur untuk pergi selamanya dari dunia yang bahkan tidak pernah berpihak barang setitik pun dengannya. Dunianya dipenuhi oleh rasa sakit yang tak berujung. Rumah satu-satunya yang menjadi alasannya untuk bertahan telah runtuh tak bersisa. Tidak ada lagi gunanya untuk bertahan hidup.

Arthur masih harus menjemput Aya dan pada akhirnya melakukan segala yang ayahnya inginkan. Arthur lelah, lelah sekali. Tapi dia tidak punya pilihan lain.

Arthur memandang langit kelabu Bali dengan tatapan pias. Ia mendengus, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia hanya ingin melampiaskan segala amarah dan segala sesak yang menghimpit dada. Arthur ingin marah pada dunia, dunia yang begitu keji kepadanya. Sampai kapanpun, mata 'bahagia' tidak akan pernah pantas untuk Arthur sandang. Arthur tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya sentuhan dan kasih sayang orang yang paling ia cintai. Itu artinya hidupnya selesai. Raga ini, memang masih ada. Tapi jiwa ini mati, luluh lantah tam bersisa.

Semesta seolah mengerti, mengerti jeritan rasa sakit yang selalu Arthur kumandangkan. Mengerti bahwa Arthur lelah, juga mengerti bahwa hidupnya dipenuhi ketidak adilan. Semesta mengerti, dan oleh sebab itu kejadian yang tak terduga terjadi.

Di tengah hujan dan derai air mata Arthur lajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Arthur tidak tahu, bahwa dari berlawanan arah ada sebuah truk yang melaju kencang. Lalu setelahnya Arthur tidak dapat mengingat apapun. Kejadiannya begitu cepat, sangat cepat.

Dalam rasa sakit yang mendera tubuhnya, ia sempat mengelukan nama Edgar berkali-kali. Suaranya lirih sekali, hampir tak terdengar. Suara gaduh orang-orang tampak mengerubungi mobilnya dan membantu Arthur untuk keluar dari sana. Nafas Arthur terputus-putus. Dadanya sesak, suara orang-orang yang tampak mengerubunginya tak dapat terdengar jelas. Setelahnya kegelapam menyambut.

Arthur, saatnya istirahat ya.