Pertama
Siang itu, matahari bersinar cukup terik. Gama dan teman-temannya tengah melangsungkan mata pelajaran olahraga. Sebenarnya, terlalu siang untuk menjalankan aktivitas fisik seperti olahraga. Gama menarik pergelangan tangannya, netranya menatap apple watch di pergelangan tangannya.
Pukul 11.17 am.
“Cuacanya lagi cerah, pas banget buat olahraga. Yuk anak-anak jangan males-malesan. Malu sama semut. Sekarang kita akan melangsungkan materi basket. Seperti biasa tanding dulu deh, minggu lalu kan basic-basic tentang basket udah bapak tunjukkan.”
Pak Yanto tampak menjelaskan. Gama tampak berseri, meskipun cahaya matahari sangat menyengat kulitnya, hal itu tak menghilangkan buncahan rasa bahagia pada diri Gama. Pasalnya Gama sangat menyukai pelajaran olahraga.
“Bapak bagi tim jadi 2 ya. Hitung 1,2 aja gimana?” Yang lain mengangguk pasrah. Mau tidak mau harus dilangsungkan kan?
Gama berlawanan kelompok dengan Jehan. Entah mengapa, Jehan terlihat kurang baik saat ini. Bibirnya sedikit pucat? Atau itu hanya perasaan Gama saja? Entahlah, tetapi sekarang Gama cukup was-was melihat Jehan.
Pertandingan dimulai. Bola basket dikuasai oleh Luke, si captain basket Neo HighSchool. Luke mendribble bola dengan gesit, dia melayangkan bola ke ring basket dan mendapatkan three point.
Satu lapangan bersorak gembira. Pertandingan berlanjut, kali ini dikuasai oleh Gama. Gama mendribble bola tersebut kemudian mengopernya ke Hendra. Hendra tampak menguasai bola tersebut, namun tim lawan tampak menghalanginya. Hendra segera melemparkan kembali bola tersebut ke arah Gama. Gama sedikit melompat dan mengambil alih bola basket tersebut, mengarahkan bola tersebut ke ring basket. Sebelum pada akhirnya menggunakan teknik layup shoot. Kembali, tim Luka mendapatkan two point.
Gama tampak berlari kecil ke arah Luke dan Hendra. Mereka melakukan toss ala-ala menyambut Gama. Tawa ketiganya menggema cukup keras.
Ditengah sorakan mereka, tiba-tiba seorang anak berteriak nyaring.
“PAK! JEHAN PINGSAN!!” Mendengar itu Gama dikabuti perasaan takut luar biasa. Ia segera mengikuti arah suara teriakan tersebut.
Pak Yanto pun bergegas menghampiri, tanpa aba-aba Gama segera mengangkat tubuh Jehan dan membawanya ke UKS. Hal itu menjadi tontonan seluruh anak kala itu. Bagaimana tidak, Gama yang tidak banyak bicara tiba-tiba menghampiri Jehan yang terkapar dengan wajah memerah padam. Dapat dilihat ada sorot penuh kekhawatiran disana.
Sepeninggalnya Jehan dan Gama, Pak Yanto segera menyuruh anak-anak untuk melanjutkan pertandingan.