Rahasia
Setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh sang kekasih, Javier, Nara pun bergegas bersiap-siap. Ia segera mengitari lemarinya, mencari pakaian terbaik yang akan ia kenakan hari ini. Pilihanya jatuh kepada kaos putih dibalut dengan cardigan motif kotak-kotak berwarna monochrome serta celana panjang hijau lumut. Nara merasa puas melihat baju yang telah ia pilih, ia pun tersenyum puas lalu bergegas ke kamar mandi untuk segera bersiap.
30 menit lamanya Nara mempersiapkan diri di kamar mandinya. Ia keluar dalam keadaan dirinya yang telah berbalut baju lengkap disertai rambut basah miliknya. Ketika pintu kamar mandi ia buka, hal pertama yang ia lihat adalah kekasihnya, Javier yang telah bermain game di ponsel miliknya di atas kasur dengan sprei putih tulang milik Nara. Nara tersenyum senang dan segera menghampiri sang kekasih.
Cup!
Satu kecupan mendarat pada tulang pipi sang kekasih. Javier yang semula fokus pada game segera memusatkan seluruh atensinya pada kekasihnya. Javier terkekeh lalu segera menarik pelan tubuh Nara hingga Nara terduduk di atas pahanya. Javier mencium leher Nara bertubi-tubi, diikuti oleh kekehan kegelian milik Nara.
“Ih geliii vier!”
Javier hanya menampilkan senyum bulan sabitnya, ia terkekeh lalu beralih merengkuh pinggang ramping kekasihnya. Javier pun menaruh dagunya pada pundak milik sang kekasih.
“Habis kamu wangi banget loh. Jadi pengen cium seharian.”
Nara memutar bola matanya malas.
“Ih awas biar cepet katanya mau pergi?! Aku mau ngeringin rambut dulu.” Javier menggeleng dan justru mengeratkan pelukannya.
Melihat tingkah sang dominan, Nara sedikit memukul jemari kekasihnya yang melingkar indah di perutnya.
“Vierrr ih!” Nara tampak kesal.
Melihat wajah kesal Nara diikuti oleh bibirnya yang diturunkan tanda merajuk, membuat Javier tertawa gemas. Ia segera mengacak rambut basah sang kekasih lalu mengecup bibirnya sekilas.
“Sini aku keringin rambutnya.” Javier menawarkan diri, lalu ia bergegas berdiri dan mengambil hair dryer milik kekasihnya yang sudah sangat ia hafal dimana tempat kekasihnya itu menaruh benda itu.
Javier tampak menuangkan hair tonic pada kulit kepala Nara seperti kebiasaan Nara setiap harinya. Ia memberikan pijatan-pijatan pelan pada kepala Nara. Lalu Javier tidak lupa menyemprotkan vitamin rambut pada surai legam sang kekasih. Dirasa sudah cukup, Javier segera mengarahkan hair dryer ke rambut basah Nara, setelahnya ia mulai mengeringkan rambut kekasihnya itu.
Nara tersenyum diperlakukan se special itu oleh sang kekasih. Ia tak memberikan penolakan, justru merasa beruntung dan bersyukur karena memiliki kekasih seperti Javier.
Setelah sekitar 15 menit akhirnya rambut Nara kering, Javier segera mematikan hair dryer nya dan menaruhnya ke tempat semula. Javier kembali dengan sebuah sisir ditangannya. Jemarinya dengan telaten menata rambut Nara. Setelah dirasa cukup, Javier mengembalikan sisir itu ke tempatnya semula dan kembali ke hadapan sang kekasih dengan sejumlah skincare milik Nara di tangannya.
Nara tentu mengerti arah pandang Javier. Ini sudah seperti rutinitas mereka setiap akan pergi kemanapun.
Javier mengambil hydrating toner dan mengusapkannya pada wajah putih bak porselen milik Nara, kekasihnya. Nara mendongak dan menatap mata Javier yang kini tengah mengusapkan skincare pada wajahnya. Setelahnya Javier melanjutkan dengan mengoleskan serum, moisturizer, hingga diakhiri dengan sun screen. Selama itu pula tatapan Nara tidak pernah lepas dari wajah serius sang kekasih.
Cup!
Javier mengecup bibir Nara.
“Bayaran buat aku sebagai tukang salon hari ini.” Nara dibuat tertawa olehnya.
Melihat senyum manis yang terbit di wajah kekasihnya, membuat Javier ikut tersenyum senang. Senyuman Nara adalah hal terindah yang pernah Javier lihat selama hidupnya.
“Yaudah yuk sekarang.” Javier menengadahkan tangannya dihadapan Nara, memberi kode kepada Nara untuk menggenggam jemarinya, yang tentu saja diterima dengan baik oleh Nara.
Keduanya berjalan beriringan menuruni setiap anak tangga hingga keduanya sampai di depan mobil Javier Porsche 911 berwarna putih milik Javier. Javier pun membukakan pintu untuk Nara dan mempersilahkan Nara masuk. Baru setelahnya Javier memutari mobilnya dan masuk dalam kursi kemudi.
Javier memundurkan mobilnya setelahnya ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Jemari Javier bertaut dengan sempurna pada jemari mungil Nara.
“Kita mau kemana sih?”
Javier tidak menjawab.
“Ih Vier jawab!”
Javier terkekeh, ia mengusap telapak tangan Nara dengan lembut, lalu mengalihkan atensinya sekilas pada sang kekasih sebelum kembali menatap padatnya jalanan ibu kota di pukul 5 sore.
“Rahasia. Suprise pokoknya.” Nara menautkan alisnya bingung, bibirnya tertekuk cemberut. Ia sungguh sangat penasaran.
Cup!
“IH VIER KENAPA CIUM CIUM?”
Javier hanya tertawa puas mendengar kalimat protes yang keluar dari belah bibir sang kekasih, Nara.
“Tunggu aja, nanti juga tau. Pasti kamu suka.”