The Beginning

Melbourne, 2021.

Hari ini menjadi hari terakhir dimana Jaemin akan menginjakkan kaki di kota kecintaannya, Melbourne. Jaemin mendesah frustasi, pasalnya kepindahannya kembali ke Indonesia tanpa adanya persetujuan dari dirinya dan juga sang adik, Winter. Baik Winter maupun Jaemin sama-sama menolak dengan keras kepindahan keluarganya kembali ke Indonesia. Namun keduany tidak dapat menolak ketika sang ibunda telah turut membujuk.

“Yaelah kusut amat mukanya kayak belum disetrika setaun tau gak. Udeh sih, tar gue kesana deh main. Lagian lu gausah kayak orang susah deh. Lu bisa bolak balik Ausie-Indo tiap bulan kalo lu mau,” Cerocos seorang pria yang tampak muak dengan muka Jaemin yang kusut.

“Anjing lah, bin. Lu emang bukan temen suportif dah. Gua lagi butuh support system bukannya omelan gak mutu,” gerutunya.

Soobin hanya tertawa mendengar gerutuan sahabatnya membuat lesung pipi di wajahnya terlihat jelas.

“Udah santai lu gausah banyak mikir tar kuliah lu balik sini juga gak bakal ada yang larang. Chill man, just two years. Gaakan kerasa juga lagian.”

Jaemin hanya memutar bola matanya malas. Jemarinya meraih kamera miliknya, pemberian mending kakeknya saat Jaemin berulang tahun yang ke 16 tahun lalu. Jaemin melihat kumpulan foto-foto hasil jepretannya selama di Melbourne. Jaemin memang telah menggeluti dunia fotografi sejak dirinya menginjak usia tujuh tahun. Hal ini didukung sepenuhnya oleh kakek nenek dan juga ayah ibunya. Bahkan sang ayah memberikan satu ruangan khusus untuk Jaemin menaruh hasil jepretannya seperti studio mini.

Soobin turut membaringkan dirinya di samping Jaemin, sahabatnya.

“I’m gonna miss you.”

Jaemin yang tengah melihat-lihat foto hasil jepretannya di kamera miliknya pun beralih menatap sahabat karibnya. Soobin dan Jaemin selayaknya kucing dan anjing kalau kata teman-temannya. Namun keduanya saling menjaga satu sama lain. Soobin yang lebih banyak bersosialisasi dan Jaemin yang lebih senang berkumpul dengan kelompok kecil. Soobin sendiri merupakan tetangga Jaemin yang kebetulan satu sekolah dengan Jaemin saat pertama kali Jaemin pindah ke Melbourne, saat itu keduanya menduduki kelas 3 SD. Dari sanalah Jaemin dan Soobin selalu bersama. Dan gari ini akan menjadi hari terakhir pertemuan keduanya. Tentu perasaan sedih sangat terasa.

“Me too.”

“Huhu ah gilaa pokoknya lu jangan gak ngabarin gue! Jangan biasain gak buka HP kayak disini! Awas lu anjinggg. Sering-sering face time sama gue apalagi kalo ada apa-apa. Paham gak lu?!?!?!” Seru Soobin.

Jaemin hanya tertawa lalu menganggukkan kepalanya. Keduanya menikmati hari terakhir Jaemin di Melbourne itu. Bahkan hari itu Soobin sampai menginap. Katanya sih Soobin malas pulang ke rumahnya karena sepi, sedangkan disini ada Winter dan Jaemin. Padahal Jaemin tau betul bahwa sahabatnya itu mau menghabiskan waktu bersamanya, namun gengsi untuk mengutarakannya. Kepalang hafal dengan sifat sahabatnya yang memiliki gengsi setinggi harapan orangtua.

Hari terakhir itu keduanya habiskan dengan menonton film, bermain PS, lalu diakhiri dengan pillow talk sebelum tidur. Keduanya tidak berani minum-minum karena sungguh Ayah Jaemin sangat ketat menjaga anak-anaknya. Kebetulan baik Jaemin maupun Soobin pun kurang menyukai minum-minuman beralkohol karena toleransi alkohol keduanya sangat rendah.

Jadi disinilah keduanya kini, dengan balutan piyama milik Jaemin, Jaemin dan Soobin tampak berbincang ringan.

“I’ll miss Melbourne so much.”

“Melbourne gonna miss you too.”

Keduanya saling terdiam hingga akhirnya tertawa bersama karena sungguh semasa hidup mereka belum pernah mereka habiskan dengan keadaan yang begitu menguras hati seperti saat ini.

“Nanti pokoknya gue bakal sering kunjungin lu ya. Bare with me.

Jaemin tertawa kecil, “Dengan senang hati. Si paling kaya emang bolak balik Indonesia Melbourne kayak Sydney Melbourne.”

Soobin memutar bola matanya malas, “NGACA!!!”

Ya begitulah akhir yang indah bagi Jaemin untuk menutup harinya di negara kangguru kecintaannya. Setelah ini semoga Indonesia membawa cerita baru yang tidak kalah baik ya. Semoga.