The Stubborn Amory
Amory menatap tiga kotak pizza yang dibawakan oleh Chandra dengan mata berbinar. Chandra yang melihat itu terkekeh kecil, Amory memang selalu menggemaskan jika tentang makanan.
“Biasa aja kali, kaya gapernah liat pizza aja.”
“Dih, sirik lu?”
Selanjutnya ketiga anak adam itu tampak menikmati setiap potongan pizza yang ada. Canda tawa tak ter elak kan dari belah bibir ketiganya. Celetukan-celetukan yang terlontar daru bibir ketiganya, dipadukan dengan pertengkaran kecil dari Rakha dan Chandra. Pemandangan yang sudah biasa Amory temui, namun tetap dapat memberikannya kesan hangat dan nyaman pada relung hatinya.
Tiba-tiba ketiganya terdiam setelah lelah tertawa. Masih dengan sisa tawa yang ada, ketiganya berusaha menetralkan nafasnya.
“Jadi gimana Na? Kok bisa sampe mutusin cabut sih? Dari dulu gua sama Rakha larang gapernah deh lu dengerin.”
Amory mematung. Haruskah ia ceritakan mengenai pria sialan yang mencoba menggodanya untuk tidur dengannya? Juga sentuhan-sentuhan dan kalimat kurang menyenangkan itu. Amory bergidik mengingat kedua temannya yang sangat buruk dalam mengekspresikan marah. Dapat Amory tebak bahwa pada akhirnya keduanya tidak segan-segan untuk menghajar pria itu. Chandra akan mencarinya hingga keujung dunia sekalipun.
Hembusan nafas lelah menjadi respon pertama Amory, setelahnya ia mendudukan dirinya dari baringan di atas karpet snoopy miliknya.
“Hm… let’s say… today was fucked up. Gue dari dulu emang gasuka sama tempat kaya gitu. Lu berdua tau sendiri kan?” Keduanya mengangguk sebagai jawaban.
“Tadi ada kejadian gak enak. Ya gue males nyebut lagi. Intinya adu argumen sama salah satu pelanggan VVIP disana. Dia cross the line banget,” Amory menjeda ucapannya. Ia menimbang kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya.
“Terus yaudah gue dipanggil sama Bang Dirga kan. Disana dia marah-marah as usual lah. Ini bukan pertama kalinya gue dimarahin dia juga. Cuman gue udah engga kuat banget gitu. Terus tiba-tiba kata kata laki laki asing itu keingetan sama gue. Jadi gue lawan deh, dan mutusin buat resign.”
Keduanya mengernyitkan alisnya bingung, “Bentar bentar, laki laki asing? Siapa?”
Rakha memukul kepala belakang Chandra dengan agak kasar, “Dongo! Namanya juga asing, mana tau si Nana nama cowok itu. Aduh jangan buat gua naik darah ya lu.”
Chandra menatap Rakha tajam sambil mengusap kepala belakangnya, Rakha balik menatap Chandra tak kalah tajam. Amory hanya mendengus melihat sifat keduanya.
“Berantem mulu, awas lu berdua nanti pacaran loh.”
Refleks keduanya saling menjauhkan diri.
“Pait pait pait pait.”
“Anjing amit-amit dah. Mimpi buruk gua kalo pacaran sama bocah tengik ini.”
Amory terkikik geli melihat respon keduanya. Meski begitu, baik Chandra maupun Rakha sebenarnya saling melindungi satu sama lain. Keduanya benar-benar menyayangi satu sam lain. Rakha tak segan untuk turun tangan ketika Chandra disakiti oleh orang lain, begitu pula sebaliknya.
“Terus cowok itu bilang apaan ke lo?”
Netra Amory berbinar terang mengingat paras rupawan pria itu, serta sikap siaganya ketika menolong Amory.
“Ya pokoknya jangan mau jatuhin harga diri buat uang dan sejenisnya, gak sebanding. Terus gue jadi yakin buat out deh.”
“Alhamdulillah.”
“Puji Tuhan.”
Amory kembali tertawa kecil melihat reaksi kedua sahabatnya itu. Lalu ia melanjutkan ceritanya, “Bang Dirga, pemilik club itu kasih gue gaji terakhir. Gajinya jauh lebih gede dari sebelumnya.”
Kembali, Amory menghembuskan nafasnya kasar.
“Sebenernya ya buat ukt bisa gue bayar pake itu, pun dengan biaya gue yang lain. Tapi kan gue harus bantu ibun.. pasti engga akan cukup. Donatur lagi seret banget sekarang-sekarang. Gue beneran bingung..”
Chandra baru saja hendak membuka mulut, namun Amory sudah tahu pasti apa yang hendak Chandra utarakan.
“Gak ya Chan, gue gamau.”
“Gue belom ngomong??”
Amory menggelengkan kepalanya, “Gue tau, lo pasti mau nawarin bantuan cuma-cuma kan ke gue? Gak ya Chan. Kalau lu mau bantu, mending lu cariin gue kerjaan dah.”
Chandra hanya dapat menghela nafas kasar melihat sifat keras kepala sahabatnya itu. Ia mengangguk setelahnya.
“Oke, gue usahain cariin lu kerjaan dari kenalan-kenalan gue. Tapi kalau misal nanti belum dapet dan uang lu menipis, lu jangan tolak bantuan dari gue ataupun Rakha. Deal gak?” Amory mengangguk senang.
Senyum Amory merekah begitu saja, ia memeluk kedua sahabatnya erat yang tentu saja dibalas tak kalah erat oleh kedua sahabatnya.