Try My Best
Sunghoon terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengedarkan pandangan dan tatapannya jatuh pada jam di atas nakas milik Jongseong, jam itu menunjukkan pukul tiga dini hari.
Sunghoon memandang lekat-lekat wajah terlelap Jongseong. Dalan hati ia bersyukur bisa memiliki pria itu di sisinya. Pria yang selalu bersedia menolongnya, menjadi sandaran untuknya. Pria yang selalu berada di sisinya dalan kondisi apapun.
Have I saved the world in the past? to have you in my life now?
Sunghoon mengarahkan jemarinya menelusuri setiap lekuk wajah Jongseong. Jongseongnya sempurna. Selalu sempurna.
And Sunghoon didn't deserve this man at all.
Omongan ayahnya terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak. Ia lelah, sangat lelah kini. Dadanya kembali sesak, sesak sekali.
Sunghoon berhenti menyapu wajah Jongseong dengan jemarinya. Ia remat kuat-kuat dadanya yang kini kembali terasa nyeri.
Sebenarnya Jongseong sudah terbangun sejak tadi. Namun ia berpura-pura tidur, membiarkan Sunghoon melakukan apa yang ia inginkan. Namun ketika Jongseong mendengar isak lirih itu keluar dari belah bibir Sunghoon, ia langsung membuka kedua matanya.
“Hey... Kenapa? Sakit lagi?” Jongseong bertanya dengan lembut.
Sunghoon mengangguk sebagai jawaban. Jongseong tarik daksa pemuda itu dan membawanya pada dekapannya. Ia tepuk tepuk pelan punggung Sunghoon dan mengusapnya pelan. Jongseong kecup puncak kepala Sunghoon berkali-kali lalu bisikkan kata-kata penenang padanya.
Setelahnya dirasa Sunghoon lebih tenang, Jongseong renggangkan pelukannya. Jemari besarnya bergerak untuk mengusap air mata Sunghoon. Wajah pemuda itu kini memerah karena terlalu banyak menangi, pun dengan hidungnya. Matanya berwarna merah dan masih tersisa sisa-sisa air mata disana.
Jongseong menangkup wajah kekasihnya. Lalu ia cium hidung kekasihnya itu, setelahnya ia lanjutkan ke arah pipi kanan, kiri, kening, dan berakhir pada bibir. Sunghoon terpaku, mata bulatnya mengerjap berkali-kali.
Memang Jongseong sudah biasa menciumnya seperti ini, memperlakukannya dengan sangat manis. Namun, tetap saja mampu membuat jantung Sunghoon bertalu lebih cepat dari biasanya.
Hangat. Itulah perasaan yang Sunghoon rasakan pada hatinya kini. Ia tersenyum kecil lalu melingkarkan tangannya pada leher sang dominan.
Setelahnya Sunghoon kembali membawa bibirnya menyentuh bibir sang dominan. Kali ini lebih intens, Sunghoon sedikit lumat bibir tipis itu. Tak lama Jongseong mendominasi ciuman itu. Ciuman itu tidak ada nafsu sedikitpun. Keduanya hanya berbagi rasa cinta melalui senyuman. Keduanya hanya saling menyalurkan rasa disana. Ciuman yang lembut dan tak menuntut.
Setelah dirasakan pasokan oksigen menipis, keduanya menjauhkan wajah mereka, sedikit sekali, sampai-sampai hidung keduanya masih dapat bersentuhan.
“I like your lips, really.” Jongseong berujar jujur. Sunghoon hanya terkekeh.
“I like everything about you.” Balas Sunghoon yang mendapat senyuman kecil sebagai respon dari lawan bicaranya.
“I love you. Please stay alive ya? Don't hurt yourself and please dont ever think to giveup.” Jongseong menatapnya dengan teduh.
Sunghoon mengagguk, “I will try my best, ya?”
Sunghoon tidak bisa berjanji pada kekasihnya ini. Karena sejujurnya, Sunghoon sudah sangat lelah. Namun ia akan berusaha sebisanya.