Night Drive
690 words tags : fluff, a little bit hurt. everyone knows jeno want to keeps nana save. but, when he wasn't here anymore who can guarantee it?
08.25 pm
Malam itu seperti malam-malam biasanya. Keduanya bersenda gurau bertukar tawa. Mencoba sebanyak mungkin untuk mengukir memori-memori baru sebelum terpisah selama dua tahun lamanya. Melupakan fakta mengenai 'perpisahan' yang harus mereka hadapi.
Nana loves it. He loves being around Jeno. He feels safe. Nana tersenyum menatap jalanan Jakarta yang cukup padat meski waktu telah menunjukkan pukul 08.25 pm. Nana kembali menerawang masa-masanya dengan Jeno. Bagaimana selama 20 tahun hidupnya, Jeno selalu berusaha untuk menjaganya.
Jeno wants to keep Nana safe. All he wants is Nana happiness. That's all.
Di tengah lamunannya, Nana tampak merasakan sebuah tangan mengisi jemari-jemarinya yang kosong. Nana menatap Jeno yang terfokus sepenuhnya pada jalanan di hadapannya. Seulas senyuman kembali terukir di bibir ranum milik Nana. Dia hanya ingin menikmati waktu yang ada. Mengukir banyak kepingan memori untuk selalu ia ingat saat berjauhan nanti.
Nana needs Jeno a lot. Tapi, Nana tidak boleh egois kan? Nana harus melepas Jeno mengejar cita-citanya.
Cita-cita Jeno untuk menempuh pendidikan ke negeri kicir itu. Cita-cita itu di depan mata. Siapa Nana yang dapat merebut impian sahabatnya itu?
“Hey, jangan ngelamun.” Jeno tampak menjawil hidung Nana lembut. Nana hanya membalasnya dengan bibir yang ditekuk.
“Wanna play some song?” Nana tampak mengimbang-imbang. Berfikir kira-kira lagu apa yang cocok diputar saat ini.
Jemari Nana menyusuri playlist lagu Spotify milik Jeno. Jeno tersenyum kecil menatap sahabatnya itu.
“Lama banget deh milih lagu aja.” Jeno tampak protes. Sebenarnya niatnya hanya membuat Nana kesal saja. Karena sejujurnya Jeno menyukai wajah kesal Nana. Menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.
Dan berhasil. Nana mendengus kesal sebagai jawaban. Lalu jemarinya jatuh pada salah satu lagu yang tampaknya cocok untuk mereka saat ini.
Location Unknown— HONNE, BEKA.
Alunan musik lembut mulai mengalun dengan indah. Baris demi baris, kata demi kata. Jeno tidak bodoh untuk tidak menyadari buliran air mata yang tertahan di pelupuk Nana. Jeno tahu betul alasannya apa.
I don't care how long is takes I know you will worth the wait On the first flight back to your side Travelling places i aint seen you in ages But i hope you will comeback to me
Nana mengalihkan pandangannya, menatap luar jendela dengan air mata yang entah sejak kapan mulai berjatuhan. Jeno terdiam sejenak, mengeratkan genggamannya pada stir mobil Range Rover miliknya.
Jeno segera meminggirkan mobilnya. Ia melepas seatbelt miliknya agar lebih leluasa bergerak. Jeno segera menggenggam jemari lentik milik Nana. Nana tak bergeming. Ia tak bergerak dari tempatnya sedikitpun. Bahkan tatapannya pun masih sama. Menatap luar jendela dengan derai air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
And it's hurts Jeno heart so much.
Jeno perlahan melepas seatbelt yang melekat pada tubuh Nana. Ia menarik daksa milik Nana dan mendekapnya seerat yang ia bisa. Membiarkan Nana menumpahkan isak tangisnya disana. Keduanya terdiam dalam posisi yang sama. Sama-sama sedih akan perpisahan yang harus mereka hadapi. Sama-sama tidak rela melepas satu sama lain.
Keduanya menangis. Nana dengan tangisan yang cukup keras terdengar, dan Jeno dengan tangisan tertahannya. Jeno mengusap lembut punggung Nana yang bergetar hebat. Jeno mengecup puncak kepala Nana dengan lembut. Seolah hari itu adalah malam perpisahan mereka.
“Aku pergi satu minggu lagi.” Ucapnya lembut tepat di telinga Nana. Nana hanya dapat diam tak merespon apapun. Ia semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang sahabatnya.
“Please comeback after 2 years, promise?” Nana tampak menatap Jeno dengan tatapan ketidak relaan. Jeno mengusap wajah Nana yang basah oleh air mata.
“Yes. I'm promise. I'll be back here. Comeback to you.” Jeno berucap dengan penuh keyakinan. Membuat pertahanan Nana kembali hancur. Nana kembali menubruk tubuh Jeno dan merengkuhnya dengan erat.
“Hey hey, we still have one weeks. We can go out and makes a lot of memories before i go, right?” Jeno kembali menenangkan. Nana hanya mengangguk tanda menyetujui. Jeno terkekeh dan mengusak surai hitam milik Nana.
“Jangan bandel selama gue gak disini oke? Gue bakal selalu ngabarin kok. I'm promise to contact you as often as i can.” Jaemin mengangguk sebagai jawaban.
Jeno merenggangkan pelukannya, lalu memakaikan kembali seatbelt milik Nana. Ia kembali pada posisinya dan menjalankan mobilnya lagi. Berkeliling kota Jakarta, mengingat setiap inchi dari kota yang telah membesarkannya hingga hari ini.
Ia tidak akan lupa, dan ia akan kembali. Ia berjanji akan hal itu.
Al.